Jum'at 11 sept. 2009
Khotbah jum'at tadi siang cukup membuat saya berfikir, akan makna idul fitri yang sesungguhnya. Sering kali Idul fitri identik dengan sesuatu yang baru dengan segala kemewahan dsb. Sebenarnya apa arti idul fitri itu sendiri dan kaitannya dengan tradisi masyarakat yang cenderung menghambur-hamburkan uang pada saat idul fitri.
Idul fitri bisa memiliki banyak makna bagi tiap-tiap orang. Ada yang memaknai Idul Fitri sebagai hari yang menyenangkan karena tersedianya banyak makanan enak, baju baru, banyaknya hadiah, dan lainnya. Ada lagi yang memaknai Idul Fitri sebagai saat yang paling tepat untuk pulang kampung. Sebagian rela melakukan perjalanan yang cukup jauh untuk mengunjungi tempat2 wisata dan berbagai aktivitas lain yang dpt kita saksikan. Namun batrangkali hanya sedikit yang mau memaknai Idul Fitri sebagaiman Rasulullah SAW memaknainya.
Idul Fitri memang hari yang istimewa. Secara Syar'i juga dijelaskan bahwa Idul Fitri merupakan salah satu hari besar umat islam. Karenanya, agama ini memperbolehkan umatnya untuk mengungkapkan perasaaan bahagia dan bersenang-senang pada hari itu. Sebagai bagian dari ritual agama prosesi perayaan Idul Fitri sebenarnya tak bisa lepas dari aturan syariat. Ia harus didudukkan sebagaimana keinginan syariat. Bagaimana masyarakat kita selama ini menjalani perayaan Idul Fitri yang datang menjumpai? Secara lahir, kita menyaksikan perayaan Idul Fitri masih sebatas sebagai rutinitas tahunan yang memakan biaya besar dan juga melelahkan . Kita sepertinya belum menemukan esensi yang sebenarnya dari hari Raya Idul Fitri sebagaimana yang dikehendaki Rasulullah SAW.
Bila Ramadhan tinggal sepekan, aaroma Idul Fitri seolah mulai tercium. Ibu2 pun sibuk menyusun menu makanan dan kue2, baju2 yang ramai diburu, transportasi yang mulai padat karena banyak yang berpergian atau mudik, serta aktivitas lainnya. Semua seolah menjadi hal yang "Wajib"menjelang idul fitri.
Untuk mengerjakan sebuah amal ibadah, bekal ilmu syar'i memang mutlak diperlukan. Bila tidak, ibadah hanya dikerjakan berdasar apa yang dia lihat dari para orang tua. Tak ayal, bentuk amalannya pun menjadi jauh dari syariat. Demikian pula denagn idul fitri. Bila kita paham bagaimana bimbingan Rasulullah SAW dlm masalah ini. tentu berbagai aktivitas yang selama ini kita saksikan bisa diminimalkan. Ber- Idul Fitri tdk harus menyiapkan makanan enak dalam jumlah bnyak, tidak harus beli baju baru karena baju yang bersih dan dalam kondisi yang baikpun sudah mencukupi. tidak harus mudik karena silaturahmi dgn para saudara yang sebenarnya bisa dilakukan kapan saja. Dengan tahu bimbingan Rasulullah SAW, ber-idul fitri tidak lagi butuh biaya besar dan semuanya terasa lebih mudah.
Bersambung....
Jumat, 11 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar